Konsultasi
Sejarah Singkat Mutiara Panca Rasa
Pendaftaran

Berasal dari kerajaan “SIAK SRI INDRAPURA“ SULTAN MAHMUD MANGKAT DIJULANG (CERITA RAKYAT)/CERITA RINGKAS, YANG DI CERITAKAN KEMBALI OLEH: KETURUNAN KERAJAAN SIAK SRI INDRAPURA DI PROVINSI RIAU, PEKAN BARU TENGKU FUAD ALZAKIYAT AZHAR, GURU BESAR DAN PENDIRI PERGURUAN PENCAK SILAT “MUTIARA PANCA RASA“.

Kira–kira abad ke–12 masehi, Saat itu penyiaran Agama Islam sudah memasuki Semananjung Malaka, Aceh, Sumatra Timur, dan Riau, dll.

Syahdan, yang berkuasa saat itu di KERAJAAN SIAK SRI INDRAPURA adalah SULTAN MAHMUD. Panglima atau hulubalang kerajan adalah dua orang pendekar sakti kakak beradik yaitu, PANGLIMA MEGAT SRI RAMA(kakak) beragama Hindu, dan PANGLIMA WAHAB(adik) beragama Islam.

Konon Sultan Mahmud(Islam), semasa hayatnya adalah seorang Raja yang sakti, beliau sangat disegani oleh seluruh rakyatnya dan ditakuti oleh musuh-musuhnya. Raja ini kebal terhadap semua senjata tajam apabila kakinya menginjak tanah. Beliau dapat berjalan diatas sungai/laut, dan kendaraanya adalah seekor Harimau . Sampai sekarang ini, orang-orang Siak Sri Indrapura menyebut mahluk itu adalah “Harimau Tengkes”. Harimau tengkes artinya adalah harimau yang pincang kaki kiri bagian belakangnya.

Konon menurut cerita harimau ini pernah berbuat salah pada Sultan, Sehingga Sultan menghukumnya dengan memukul kaki kiri binatang tersebut, sehingga pincang. Binatang ini selalu telihat oleh orang-orang yang pintar. pada saat hari ulang tahun penobatan Sultan-Sultan yang seterusanya, katanya harimau itu menangis karena teringat pada yang dipertuannya. Harimau itu juga sering terlihat didaerah makam Sultan Mahmud yang berada dikampung Gasip, kira-kira 5 Km dari Siak Sri Indrapura.

Selain dari kesaktian dan keperkasaannya, Raja ini mempunyai suatu sifat yang kurang baik, yaitu sangat banyak selirnya. Apabila beliau berkenan dengan seorang wanita, maka beliau tidak peduli wanita itu istri orang, janda atau siapa saja, Maka titahnya dikeluarkan, untuk mengambil wanita tersebut Artinya Sultan Mahmud Mati Didalam Gendongan.

“SULTAN MAHMUD MANGKAT DIJULANG“

Alkisah, Suatu hari Sultan menitahkan Panglima Megat Sri Rama untuk mengumpulkan semua WANITA yang ada dinegri itu di suatu Tanah Lapang, Apakah itu Tua, Muda, Janda, Istri orang, ataukah Anak–anak. Panglima Megat Sri Rama sempat bertanya pada Raja :

“APAKAH ISTRI HAMBA HARUS IKUT DIKUMPULKAN JUGA?, KARENA ISTRI HAMBA SAAT INI SEDANG BERBADAN DUA SUDAH 3 PURNAMA“.

RAJA bersabda :

“TIDAK PEDULI, LAKUKAN TITAHKU, SEMUA WANITA DINEGRI INI KUMPULKAN DI TANAH LAPANG ITU, BETA INGIN MENCARI SEORANG PELIPUR DAHAGA”.

PANGLIMA menjawab :

“DAULAT TUANKU, TITAH PADUKA HAMBA JUNJUNG TINGGI”.

Maka, berangkatlah Panglima untuk mengumpulkan semua wanita–wanita yang ada dinegri itu pada suatu lapangan. Hal ini adalah menggambarkan bahwa Seorang Prajurit harus patuh dan taat pada atasan, Walaupun kadang kala perintah itu sangatlah menyinggung perasaan ataupun sangat beratnya, Namun perintah tetaplah perintah, Tidak boleh dibantah, yang penting laksanakan terlebih dahulu.

Alkisah, Setelah semua Wanita–wanita itu dikumpulkan sebuah tanah lapang, Panglima menghadap Raja melaporkan semua hasil kerjanya, Termasuk Istrinya Sendiri Dengan diiringi oleh para Pembesar Kerajaan, Mulailah Sultan mengadakan penyeleksian terhadap semua wanita–wanita itu, Untuk dipilihnya sebagai pendamping Yaitu ingin dijadikannya “Sebagai Permaisuri”, Karena selama ini Raja hanya memiliki Selir– selir, Mungkin karena merasa sudah mulai tua, Raja Ingin mendapat seorang keturunan yang kelak akan mengantikanya apabila Beliau wafat, Sebagai penerus Dynastinya.

“TUHAN MENTAKDIRKAN PILIHAN RAJA JUSTRU JATUH PADA WANITA YANG SUDAH BERSUAMI, YAITU ISTRI DARI PANGLIMA MEGAT SRI RAMA, YANG SAAT ITU SEDANG HAMIL EMPAT PURNAMA“.

Dengan perasaan yang sangat masyngul(di baca masgul, artinya : Yang di harap), Sedih, Cemburu, dan Marah yang bercampur aduk dengan sangat berat dilepaskannya Kekasih buah hati yang sangat dicintainya itu untuk dipersunting Raja. Begitu pulalah dengan Sang Istri, Dengan air mata bercucuran terpaksa berpisah dengan Pahlawan Kekasih Hati, Demi baktinya terhadap Raja.

“SAAT BERPISAH PANGLIMA MEGAT SRI RAMA SEMPAT BERKATA PADA ISTRINYA,“ KELAK ANAK KITA YANG SAAT INI ADINDA KANDUNG ADALAH AKAN MENJADI RAJA DI RAJA, YANG AKAN MENAKLUKAN 12 KERAJAAN DAN AKAN MENURUNKAN 12 RAJA BESAR DARI KETURUNANNYA“.

Demikianlah saat itu Kekuasaan Raja adalah ABSOLUT MONARCHI, Apa Yang diucapkannya adalah Undang- Undang, Siapa yang membantah akan berhadapan dengan Mata Pedang.

Alkisah, Sebagai Wanita yang sedang hamil muda, Sudah tentu ada beban Psikologinya yaitu, suka Mengidam , Yang merupakan akibat dari tingkah polah Si Bayi yang dikandungnya, Demikian pula dengan Sang Permaisuri ini yang tidak terkecuali.

Suatu hari Permaisuri menitah seorang pembantu setianya untuk mencari Buah Nangka, Ujarnya :

“HAI AWANG… !!, CARIKAN BETA BUAH NANGKA YANG MASAK, KALAU TIDAK DAPAT SEBUAH, SEULASPUN JADILAH, BUKAN BETA YANG INGIN MEMAKAN BUAH NANGKA ITU, TETAPI BUAH CINTA YANG ADA DALAM DIRI BETALAH, YANG INGIN BERSANTAP BUAH NANGKA“.

Demikianlah Sang pembantu setia pergilah mencari Buah Nangka, Setiap Nangka yang didapat oleh “Si Awang“, Sang Permaisuri berkata :

“BUKAN NANGKA INI AWANG, COBALAH CARI YANG LAIN LAGI, KARENA WANGINYA, ANAK BETA TAK SUKAI”.

Demikianlah hal itu terjadi berkali–kali, Sampailah suatu saat Si Awang menjadi kesal, Karena Nangka ini salah Nangka itu salah, Ditakdirkan Tuhan, Pohon Nangka yang ada dalam pekarangan Istana Raja ada yang masak, Baunya sangat disenangi oleh Permaisuri, Beliau berkata dalam hatinya :

“Nah….Inilah Nangka yang diidam–idamkan oleh anakku"

Si Awang Dititahkannya mengambil Nangka tersebut, Tetapi Si Awang sangatlah takutnya, sambil berkata :

“WAHAI….PERMAISURI JUNJUNGAN HAMBA,…AMPUN BERIBU AMPUN, DENGAN SEPULUH JARI TERSUSUN, SEBELAS DENGAN KEPALA YANG MENEKUR, HAMBA TIDAK DAPAT MELAKSANAKAN TITAH PADUKA, KARENA NANGKA ITU ADALAH SANTAPAN AYAPAN PADUKA TUANKU SULTAN YANG DI PERTUAN AGUNG“.

“Kalau Hamba Berani Bersalah Tangan, Maka Akan Berpisahlah Atma Hamba Dengan Raga ini, Hamba Mohon Ampun Paduka Mengasihi Hamba Yang Hina Ini“ .

Dengan sedih Permaisuri, Sambil menangis berhiba–hiba, Meminta kesedian Si Awang untuk mengambil Nangka itu walaupun tidak dapat sebuah, Tetapi seulaspun cukuplah. Karena rasa kasihan dan hormat pada Junjungannya dan juga Si Awang ini tahu benar bahwa Permaisuri ini adalah Istri dari Satria Yang Terkenal Baiknya Yaitu PANGLIMA MEGAT SRI RAMA. Maka pergilah Si Awang mengambil Nangka itu dengan sembunyi- sembunyi cara melubangi kulitnya, Kemudian mengambil isinya seulas setelah itu ditutupi lagi dengan kulit yang dilubangi tadi.

Syahdan, Besoknya Raja sedang berjalan–jalan didalam kebun Istananya, Tak terasa hidungnya mencium bau Nangka yang masak. Maka Titahnya pada pengawal agar menyuruh Si Awang untuk mengambil Buah Nangka matang itu. Mendengar perintah itu Si Awang sangatlah takut nya, gemetar seluruh persendianya, Dia sadar bahwa nyawanya tinggal diujung rambut.

Setelah Buah Nangka tersebut diambil oleh Si Awang, Dengan hati–hati langsung dipersembahkan kepada Raja dengan meletakan bekas penutup lubang dari Buah Nangka yang diambilnya untuk Permaisuri sebanyak seulas disebelah bawah agar tidak terlihat oleh Raja bahwa Buah Nangka tersebut sudah rusak atau cacat. Seperti biasa kalau orang ingin memakan buah, Biasnya suka mencium–cium buah tersebut, Nah …! pada saat Nangka tersebut itu diangkat oleh Raja maka terjatuhlah kulit penutup yang telah dibuat Si Awang itu. Raja melihat kulit penutup yang jatuh itu.

Maka tahulah Raja bahwa Nangka tersebut sudah ada yang merusaknya, Mengambilnya seulas, Maka,,,,!! Timbulah MURKA–Nya. Sasarannya pertama adalah Si–Awang itu, Sabdanya :

“HAI…!! AWANG, KATAKAN SEGERA SIAPA YANG BERSALAH TANGAN, BERANI MENGAMBIL SANTAPAN AYAPAN BETA, KALAU ENGKAU MASIH INGIN MELIHAT SANG SURYA TERBIT BESOK PAGI DARI TIMUR, KATAKANLAH…!! SEGERA..!”.

Dengan ketakutannya Si Awang terpaksa menceritakan bahwa yang menyuruhnya mengambil Buah Nangka itu suulas adalah Sang Permaisuri. Sang Permaisuri pun dipangillah untuk menghandap. Raja bersabda :

“WAHAI ADINDA SURI ISTANA. PELIPUR HATI, PEREDAM JANTUNG, BENARKAH…?? WAHAI ENGKAU YANG MENITAHKAN SI AWANG MENGAMBIL NANGKA AYAPAN BETA…!?, TIDAKKAH ENGKAU TAHU WAHAI ADINDA, ITU NANGKA SANTAPAN RAJA!!!. TIDAKKAH ENGKAU TAHU MENCURI ITU SANGATLAH TERCELA, MAKA PEDANGLAH PEMBELAH PRAHARA“.

Sang Permaisuri dengan perutnya yang mulai membesar datang dengan menghaturkan sembah Nya dan menjawab sambil berurai air mata :

“WAHAI KAKANDA RAJA DIPERTUAN NEGRI JUNJUNGAN HAMBA, TIADA MAKSUD BERANI BERSALAH TANGAN, TETAPI SANG ANANDALAH YANG HENDAK MAKAN, SUDAH DICOBA NANGKA SENGRI, TETAPI TIADA DISUKA TIADA SUDI, NAMUN NANGKA DIIDAM ADA DITAMAN PURI, DEMI ANANDA SIBUAH HATI, BIARLAH ADINDA MENANGGUNG SENDIRI, KALAU KAKANDA INGIN MENGHAKIMI“ .

Raja semakin murka, karena merasa dibohongi oleh Permaisuri, Raja tidak percaya, Mana mungkin anak yang dikandung didalam perut bisa makan Buah Nangka, Tetapi Permaisuri tetap kukuh dengan pendiriannya BAHWA SIANAKLAH YANG MEMINTA MAKAN NANGKA, Mungkin sakin kesalnya terlontar ucapan dari mulut Sang Permaisuri :

“KALAU KAKANDA RAJA TIDAK PERCAYA, SILAHKAN BELAHLAH PERUT ADINDA INI“ .

Dasar memang Raja ini Zalim, Tanpa berfikir panjang lagi Sang Permaisuri langsung ditarik dan ditelentangkan diatas sebuah meja yang besar. Saat itu hadir beberapa Pembesar Kerajaan termasuk Panglima Megat Sri Rama dan Adiknya Panglima Wahab, Karena memang demikian kebiasan Kerajaan bila ada suatu masalah atau perkara yang akan diselesaikan, Namun karena saat itu “RAJA ADALAH ABSOLUT MONARCHI“, Maka yang didengar atau yang dipatuhi adalah apa yang telah diucapkan RAJA.

Dalam pada itu Panglima Megat Sri Rama dan Panglima Wahab, mulai tegang, Karena mereka sudah tahu bahwa Raja ini tidak akan menarik ucapan nya lagi, Dan pasti melakukan niatnya. Disaat itulah Panglima Wahab berkata pada Abangnya Panglima Megat Sri Rama :

“WAHAI MEGAT ABANGKU, RAJA YANG ALIM RAJA DISEMBAH, RAJA YANG ZALIM RAJA DISANGGAH, DULU KEKASIH HATIMU DIAMBILNYA DIDEPAN HIDUNGMU, SEKARANG KEKASIH HATIMU INI PULA AKAN DIBUNUHNYA DIDEPAN HIDUNGMU JUGA, HANYA KARENA KESALAHAN YANG TAK BERPADA, ALANGKAH PENGECUTNYA ENKAU WAHAI ABANGKU!!!?. APAKAH ENGKAU PENGECUT WAHAI ABANGKU!! …??.“

Disaat–saat yang kritis itulah Panglima Megat Sri Rama baru sadar, Bahwa selama ini dia telah mengabdi pada suatu kekuasan yang TIRANI KEJAM TAK BERPERI, Namun dia juga sangat menyadari bahwa Sang Baginda Adalah seorang Sakti pada zamannya, Belum lagi kalau diperhitungkan Pembesar ataupun Pungawa yang Pro atau yang kontra Kepadanya, Akhirnya Dia terpaksa mengalah dan didepan mata kepelanya sendiri disaksikannya kejadian yang teragis itu, ISTRI, KEKASIHNYA YANG TERCINTA DIBELAH PERUTNYA OLEH SANG RAJA .

TUHAN MAHA KUASA SERU SEKALIAN ALAM, Darah bersimbah, Jerit istri tercinta masih terngiang diliang telinga, Sekarat meregang nyawa, Namun ALLAH berkehendak yang mati itu Ibunya saja sedang Sang Bayi tetap hidup walau belum saatnya lahir, Didalam gengamannya kedua tangannya tergengam seulas “Buah Nangka“, Untuk ditunjukan pada Sang Raja. Itu Kuasa ALLAH YANG MAHA PERKASA, IA BERKUASA TERHADAP APA SAJA APALAGI TERHADAP RAJA YANG ZALIM ITU .

“BAYI MERAH YANG BERSIMBAH DARAH ITU DIAMBIL OLEH PANGLIMA WAHAB, SEDANG MAYAT SANG PERMAISURI DIAMBIL DAN DISEMPURNAKAN OLEH PANGLIMA MEGAT SRI RAMA“ .

Dengan hati yang hancur luluh, Remuk redam, dan dendam yang membara Panglima Megat Sri Rama mengkebumikan mantan Istrinya itu dibantu oleh Adiknya Panglima Wahab disaksikan oleh Sang Bayi Merah . Didepan Makam itu pula Panglima Megat Sri Rama bersabda :

“AKU BERSUMPAH….!!, AKAN MEMBALAS DENDAM, TERHADAP RAJA ATAS KEKEJAMAN DAN KEZALIMANNYA, YANG TELAH DILAKUKANYA TERHADAP KEKASIHKU .

Begitu pula : Pangkima Wahab berjanji didepan makam :

“Berjanji akan mengasuh dan mendidik anak tersebut, sehingga suatu saat nanti akan merebut kekuasaan Raja yang zalim itu, seperti telah diucapkan oleh Panglima Megat Sri Rama di depan istrinnnya saat mereka berpisah, sewaktu istrimya itu diambil oleh Raja untuk dijadikan Permaisuri akan menjadi RAJA DI RAJA untuk dapat menaklukan 12 Kerajaan dan dari padanya akan diturunkan 12 Raja-Raja .

Setelah kejadian tragis itu Raja kelihatan agak menyesal dengan perbuatannya, Karena secara tidak langsung Raja telah kehilangan 3 Orang yang dekat dengannya yaitu :

  • Permaisuri Mangkat ditangannya sendiri
  • Panglima Megat Sri Rama menghilang entah kemana sedangkan Panglima Wahab pergi ke Temasik ( Yang sekarang ini adalah Singapore ) membawa kemenakannya yaitu anak dari Panglima Megat Sri Rama, atau mantan Putra Mahkota dari Raja SULTAN MAHMUD .

“PEMBALASAN PANGLIMA MEGAT SRI RAMA“

Akisah, Tersebut SULTAN MAHMUD, Raja dipertuan Agung di Siak Sri Indrapura, Konon kalau Sang Raja hendak bersiram (mandi), Raja tersebut selalu DIJULANG (Digendong atau didudukkan diatas bahu) untuk menuju ke TELAGA PESIRAMAN RAJA, Sedang dibelakangnya berjalan mengiringi beberapa orang gadis/DAYANG–DAYANG sambil bernyanyi, Ditangan mereka biasanya membawa peralatan untuk Raja bersiram, Seperti pakaian untuk ganti, Handuk, Wangi–wangian dan Siwak (Sikat Gigi) dll.

Demikian kalau Raja pergi mandi, Perginya dijulang, Pulangnya pun dijulang. Dayang–dayang sibuk mengurus Nya, Pokoknya serba wah, Seperti disurga layaknya.

“KITA KEMBALI PADA “PANGLIMA MEGAT SRI RAMA“.

Didalam kesendiriannya disebuah gua di tepi pantai, Si Megat ini sedang mencari Ilham bagaimana caranya untuk membalas Dendam kepada Raja yang TIRANI ini. Karena dia tahu benar bahwa Raja ini sangatlah Sakti Mandra Guna, Dia berfikir keras dimanakah letak kelemahan atau ke–apesan Si Raja. Akhirnya setelah berbulan–bulan didalam gua tersebut, dengan petunjuk YANG MAHA KUASA, didapatkanya ilham tentng kelemahanya Si Raja, yaitu :

“Raja tersebut, tidak kebal senjata kalau dia tidak memijak bumi”. Saatnya adalah pada waktu matahari condong ke barat, dimana biasanya Raja akan pergi bersiram, di saat itu tentu si Raja berada di atas bahu seorang juru julang, menuju telaga persiraman Raja.

Demikianlah setelah mendapatkan ILHAM tersebut, Panglima Megat Sri Rama pun membuat persiapan untuk menyerang Raja, Setiap harinya dia berlatih PENCAK SILAT, melatih semua Ilmu–ilmunya, Sambil tak lupa untuk menyusun taktik, Dia tahu benar Raja ini selain Sakti, Tapi juga sangat cerdik, Sangat tinggi kewaspadanya.

Setelah sekian lama berlatih dan berlatih, Megat sudah merasa yakin akan akan kemampuannya, Berangkatlah dia menuju Kota Siak Sri Indrapura Menghadap Raja dan seperti biasanya lagi menjalankan tugasnya sebagai PANGLIMA, Raja masih menerimanya, Karena selama dia tidak ada, Tidak ada yang berkenan di Hati Raja, Siapa yang sanggup menggantikan PANGLIMA MEGAT SRI RAMA ini namun kedatangannya sangatlah mengejutkan Raja, Sekaligus timbul juga SAKWASANGKA, Bahwa Megat tentu datang dengan membawa Dendam Kesumat. Tetapi dengan sangatlah pandainya Megat mengambil Hati Raja , maka berangsur–angsur kecurigaan itupun hilang.

Selanjutnya, setelah sekian lama Panglima mengintip dan mempelajari segala situasi, telah pula menghitung segala sial atau langkah keberuntungan, Maka dengan diam–diam dihubunginya Si JURU JULANG, YAITU ORANG YANG BIASA MENJULANG RAJA KALAU AKAN PERGI BERSIRAM, ORANG ITU BERNAMA “MUBARAK“ (Orang Arab, Salah satu orang yang mengembangkan Agama Islam di Siak Sri Indrapura). denganya Panglima Megat Sri Rama Ini menceritakan segala maksudnya, Diantara pesan Panglima pada mubarak adalah :

“BILA AKU DATANG, JANGAN ENGKAU TURUNKAN RAJA DARI JULANGAN MU".

Dan saat itu pula Panglima Megat Sri Rama masuk Agama Islam.

“MANUSIA HANYA BISA MENGUKIR RENCANA, MEMBANTING TULANG MEMBUAT UPAYA,TETAPI ALLAHLAH YANG MAHA MENENTUKAN SEGALA–SEGALANYA, TAK TERKECUALI DENGAN REZEKI, JODOH DAN MAUT".

Demikianlah pada suatu hari yang telah ditentukan, Matahari telah condong ke barat, Panjang bayang– bayang sepenggalahan, Pertanda hari sudahlah petang, Saat itulah rombongan RAJA SULTAN MAHMUD, Bergerak menuju TELAGA PERSIRAMAN RAJA.

Raja dengan PONGKAHNYA, Dengan TAKAHNYA, Duduk tersenyum-senyum diatas bahu Si JURU JULANG, MUBARAK Si orang Arab, Matanya larak–lirik dengan genitnya pada DAYANG–DAYANG pengiring yang cantik molek itu. Lagu dan Tarian RENTAK PATAH SEMBILAN, SRI MERSING, dan ANAK KALA, Ditarikkan sepanjang jalan, mengiring RAJA PERGI BERSIRAM. Saat rombongan tiba pada suatu tikungan jalan yang sepi, mendadak sontak munculah…?.

“PENDEKAR MEGAT SRI RAMA BAGAIKAN KILAT"

Sumpah serapahnya ke Raja Laknat :

“WAHAI… RAJA CELAKA, RAJA PEMBUAT PRAHARA,AKU…!! MEGAT, DATANG MENUNTUT BELA, KEKASIHKU TERCINTA MATI SENGSARA, AKIBAT PERBUATAN MU YANG DURJANA ,BEGITU PULA NANDAKU HIDUP MERANA, TIADA KASIH SAYANG SAYANG IBU DAN BAPAK".

“BUKAN PEDANG SEMBARANG PEDANG, PEDANG DITEMPA LAKSAMANA SAKTI, BUKAN DATANG SEMBARANG DATANG, YANG DATANG JANTAN SEJATI, MENUNTUT BELA KEKASIH MATI“.

Raja dan rombongannya terkejut tak semena–mena, Para Dayang–dayang menjerit–jerit, Lari kucar–kacir terbirit–birit, Sembunyi diri agar selamat.

Saat itulah juga PENDEKAR MEGAT MEMBACA MANTRA :

“BISMILLAHIRROHMANNIRROHIM“ SIKUJU DIUJUNG TANJUNG, JATUH MELAYANG SELARANYA, SEJUK PERUT IBU MENGANDUNG, DI BISIKAN ALLAH MARA BAHAYANYA, KABULKAN AKU MEMAKAI PELIAS TUMBUK SYECH ABDUL QODIR DJAILANI, SAHABAT TANGAN KANAN NABI, “TIKAM JAUH TAK SAMPAI, TIKAM DARI DEKAT MELAMPAUI LAILAHAILLALLAH MUHAMADAR RASULLULLAH“

Kedua tangannya mengusap mukanya, Tangan kiri mengusap kapalan tangan kanan, tangan kanan mengusap kapalan tangan kiri. Dengan TENAGA DALAM YANG PENUH, Sang Pendekar melompat bagai kilat, PUKULAN PERTAMA DENGAN TELAK TEPAT MENGENAI RAHANG RAJA, RAHANG ITU LEPAS DARI SENDI NYA. Kemudian dengan beruntun TANGAN KIRI MENGHAJAR LENGAN KANAN KANAN RAJA LEPAS SENDI BAHU ITU, Dalam waktu yang tak detik KAKI KANAN PENDEKAR MAMPIR TEPAT DIDADA RAJA, TERDENGAR JERIT TERIAK SANG RAJA KARENA KESAKITAN, AGAR JANGAN SAMPAI JATUH KE BUMI. Tetapi karena Raja ini memang SAKTI MANDRA GUNA, TIBA-TIBA SAJA SEMUA ANGGOTA BADANNYA YANG RUSAK LEPAS DARI SENDINYA, TELAH KEMBALI SEPERTI SEDIA KALA.

Selanjutnya, SANG PENDEKAR MEGAT SRI RAMA MEMBACA MANTRANYA YANG LAIN :

“BISMILLAHIRRAHMANIRROHIM“ HUM LIAS PUTAR LIAS, HAK SIBATIK SUMAITA, MUHAMAD SERTA ALLAH, HAK BATU DATANG, HAK BATU MENANTI, BESI DATANG BESI MENANTI, API DATANG API MENANTI, KAYU DATANG, KAYU MENANTI. LAILLAHAILLALAH MUHAMMADUR RASULLULLAH, HHHAAAKKK ! ! ! .

Dengan suatu lompatan yang indah, Jungkir balik diudara dua kali, tubuh sang Pendekar menukik kearah Raja, Kedua cakar tangannya mencakar keperut Raja, tidak ampun lagi robeklah perut itu, darah bersembur, usus memburai, Raja mengamuk, kepala Si Mubarak dipukulnya hingga hancur, sambil berkata :

“TURUUUNNNKKAAANNN AAKKUU!!“

Si Mubarak dalam sekaratnya tetap bertahan agar tidak jatuh ke bumi, akhirnya dia mati dalam keadaan berdiri, kedua tangannya terpaut erat tak bisa dilepas lagi dari lutut kaki raja.Melihat kejadian ini, SANG PENDEKAR MEGAT JADI BERTAMBAH NAFSU, HINGGA LUPA DIRI. SANG PENDEKAR MEGAT MENCABUT KERISNYA YANG BERNAMA “KERIS SEMPANA RIAU“ (Disinilah kesalahanya, Dia lupa bahwa Raja itu KEBAL SEGALA SENJATA TAJAM), Maksudnya ingin menyelesaikan pertarungan itu dengan cepat, Keris tersebut ditusukan keperut Raja, Anehnya keris itu menempel di tulang iga perut yang luka itu, tidak bisa dicabut lagi, Walaupun sudah dicobanya dengan sekuat tenaga, Akhirnya keris itu dilepaskannya, Nah…pada saat yang kritis itu, Sang Raja sempat mencabut keris itu dilemparkannya kepada pendekar Megat, Tepat menancap di dadanya menembus jantung. Akhirnya kedua Pendekar itu menghebuskan nafas terakhir, Namun Pendekar Megat masih sempat menyebut Nama-Nama ALLAH sebelum nyawanya melayang.

Demikianlah pertarungan kedua Pendekar-pendekar Sakti itu diakhiri dengan gugurnya kedua belah pihak. Seterusnya kedua Pahlawan ini dimakam disuatu desa yang bernama GASIP, Kira–kira 5 Km jauhnya dari kota SIAK SRI INDRAPURA KERIS SEMPANA RIAU, Dikembalikan kedalam Istana, Disimpan oleh para kerabat. Sedang jenazah MUBARAK, Dimakamkan dibelakang Mesjid Siak Sri Indrapura.

Selama Raja tidak ada, Maka TAMPUK PEMERINTAHAN KERAJAAN DIPEGANG OLEH MENTERI BESAR. Semua pembesar tahu bahwa yang berhak MENJADI RAJA ADALAH ANAK YANG LAHIR DARI RAHIM SANG PERMAISURI, Nah…anak itu sekarang berada di TEMASIK yaitu : (SINGAPORE sekarang ini), Bersama pamannya PANGLIMA WAHAB. Tidak adalagi yang lain. Walaupun anak tersebut, Bukan darah daging Raja, Tetapi jelas dan pasti bahwa anak itu telah ber-ibu dan terlahir dari rahim PERMAISURI.

Demikianlah, Seperti telah dijanjikan dan ALLAH MENTAKDIRKAN Suatu hari datanglah dari TEMASIK (SINGAPORE) PANGLIMA WAHAB DAN KEMENAKANNYA ke kota SIAK SRI INDRAPURA setelah berbelas tahun tidak pernah pulang.

Kedatanganya disambut dengan sangat meriah, maklum yang datang itu adalah seorang PANGLIMA DAN SEORANG CALON RAJA.

UPACARA PENOBATAN RAJAPUN DIADAKAN

Alksah, kemudian Pemuda Gagah dan Rupawan ini dilantik dan didaulat menjadi Raja dengan sebutan : RAJA KECIL BERGELAR “SULTAN JALIL RAHMATSYAH".

Kenapa disebut Raja Kecil?. Karena Darah yang mengalir ditubuh Raja Muda ini adalah Darah PANGLIMA MEGAT SRI RAMA, Bukan dari darah SULTAN MAHMUD. Keris yang dipakai adalah “KERIS SEMPANA RIAU“, Keris Ayahanda.

Demikianlah RAJA MUDA ini dalam memegang tampuk Pemerintahan, Raja ini sangat bijak Bestari–Nya, terkenal sangat alim dalam Agamanya dan cemerlang pula otaknya. Kesaktiannya tidak diragukan lagi, terbukti selama dalam pemerintahannya yang selalu didampingi oleh Pamannya PANGLIMA WAHAB, Kerajaan Siak Sri Indrapura telah sampai pada masa KEEMASAN dengan melebarkan sayapnya ke :

  • ACEH
  • TAMIANG
  • LANGKAT
  • BANGKO. (Bagan Siapi–api)
  • LINGA SINGKEP
  • INDRA GIRI
  • PELALAWAN
  • JOHOR
  • TEMASIK (SINGAPORE)
  • PONTIANAK
  • MEMPAWAH
  • SAMBAS

Alkisah, Semua Kerajaan–kerajaan itu adalah merupakan daerah taklukan dari Kerajaan Siak Sri Indrapura yang setiap tahunnya diwajibkan membayar upeti kepada Sultan Abdul Jalil Rahmatsyah sebagai Raja di Raja seluruh negeri ditaklukkan, bukan jajahan.

SULTAN ABDUL JALIL RAHMATSYAH SANGAT BENCI DENGAN PENJAJAHAN KARENA “AGAMA“ SANGAT MELARANGNYA, JADI NEGRI–NEGRI TERSEBUT DIATAS CUKUP DITAKLUKAN SAJA BUKAN DIJAJAH.

Demikian juga dalam menjalankan roda pemerintahan, Negri ini adalah berdasarkan Undang–Undang ISLAM . Oleh sebab itu negri ini disebut SIAK, Artinya adalah TEMPAT BERKUMPUL ORANG–ORANG ALIM (Lihat Kamus BAHASA INDONESIA). Didaerah RIAU dan daerah negri–negri yang ditaklukan AGAMA ISLAM berkembang dengan pesatnya, Agama ini dikembangkan oleh para.

Saudagar–saudagar Arab, Gujarat dan Persia. Salah satu cara yang dipakai adalah dengan “berbaur dengan penduduk setempat“. Terutama dengan Raja-raja atau para bangsawan. Mereka disebut “SYAID“ atau “ SYARIFAH“.

Dalam pemerintahan Undang–Undang Islam dipegang oleh seorang Imam/QODHI sebagai Hakim .

Sultan Abdul Jalil Rahmatsyah dalam Dynastyinya menurunkan 12 Raja–raja besar, dimana selalu didampingi oleh Imam–imamnya secara turun–temurun. Diantara Raja–raja besar yang terkenal hingga zaman penjajahan Belanda adalah : SULTAN SYARIF QOSYIM, yaitu Raja yang ke XII, dari Dynasti Sultan JalilRahmatsyah. Istana–Nya bernama “AL–HASYIMIYAH”(Sampai sekarang masih berdiri megah ditepian sungai Siak, Pekan Baru, RIAU) Pada saat Perang Kemerdekaan Indonesia, Raja Siak–lah yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia, Terbukti dengan telah diserahkannya Mahkota Kerajaan Oleh Raja yang terakhir yaitu Sultan Syarif Qosyim kepada Pemerintah Republik Indonesia yang SAH dan sebagai sarana Perjuangan Bangsa Indonesia, Sultan juga membuatkan lapangan Terbang SIMPANG TIGA“ di Pekan Baru, Riau. Sebuah mobil sedan dan uang tunai sebesar 135.000,- GULDEN. Semua ini dilakukan Sultan dengan Ikhlas, selain itu memang telah ada sebelumnya sebuah “SURAT WASIAT“ dari kakeknya yaitu Sultan yang ke–X, kemudian diteruskan pada anaknya yaitu Sultan yang ke–XI, Yang isinya antara lain :

"JIKA SUATU SAAT NEGRI NUSANTARA INI MERDEKA, TUNDUKLAH KEPADA PEMERINTAH YANG SAH, DAN YANG BERDAULAT".